pernah pada suatu waktu aku lupa caranya bicara. semua kata-kata tercekat. ini bukan hal pertama aku lupa caranya bicara. lantas diam. lalu mata kita bertemu. mata kita berbagi duka. tak ada yang bicara di sana dan tak ada yang bisa dibaca juga. kemudian, mata kita terkatup secara perlahan menyimpan apa-apa yang pernah kita rekam di dalamnya rapat-rapat. dalam diam tangan kita bergenggeman berteriak lantang.
"jangan pergi!" kata jemari-jemari kita.
aku hanya berharap tak lupa caranya bicara. tapi kata-kata hilang tercekat dalam luka. huruf-huruf itu berdarah. lewat genggaman yang terlepas, aku tahu aku sudah berusaha, aku selalu berusaha selalu ada tidak lewat kata. kini yang tersimpan hanya tinggal rahasia-rahasia yang tersimpan di dalam mata. matamu. mataku. bibirmu. bibirku. di setiap kerutnya tersimpan rindu yang satu per satu harus dihapus.
pada suatu waktu aku lupa caranya bicara. tapi, ku tak pernah lupa caranya mencintaimu. caranya bercinta denganmu. caranya menjadi punyamu. pada suatu waktu, ketika kata tidak perlu diucapkan, ketika itu aku mencintaimu. masih begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar